Yulia Putri Nugraheni

Minggu, 15 April 2012

karapan sapi budaya asli INDONESIA



Karapan sapi di Madura, tentu sudah tidak asing dengan perlombaan balap asli dalam negeri tersebut. Karapan sapi merupakan perlombaan yang terkesan beda dan merupakan ciri khas dari Pulau Madura. Dalam perlombaan ini, sepasang sapi menarik kereta kayu dan ditunggangi oleh seorang joki, mereka beradu cepat dengan pasangan sapi lain.

SIAPA PANGERAN KATANDUR?

Pageran Katandur, disebut-sebut sebagai pencetus pertama lomba karapan sapi ini. Beliau berasal dari Pulau Sapudi, Sumenep. Berawal dari berhasilnya beliau memanfaatkan tenaga sapi untuk merubah tanah yang tandus menjadi subur.


Melihat keberhasilannya, para warga Pulau Sapudi mengikuti langkahnya dan tanah Pulau Sapudi yang gersang pun menjadi tanah yang benar-benar subur dan dapat ditanami padi. Sehingga hasil panen pun melimpah serta menjadi daerah yang subur dan makmur.

Untuk merayakan kegembiraan atas keberhasilan tersebut, Sayyid Ahmad Baidawi atau yang dikenal sebagai Pangeran Katandur itu menggagas untuk mengadakan lomba balapan sapi. Hingga sekarang budaya tersebut masih dijaga dan dilestarikan.

Namun dalam sejarah turun temurun, cerita tersebut ada beberapa versi dan pelaku atau pencetusnya pun berbeda. Tetapi sejauh ini yang saya tahu kronologi sejarah karapan sapi hampir sama.
ASAL USUL NAMA "KARAPAN SAPI"

Asal usul nama dari Karapan Sapi pun beda pendapat. Ada 2 versi mengenai hal ini.

Versi pertama, "Kerapan" atau "Karapan" berasal dari kata "kerap / kirap" yang berarti bersama-sama berangkat atau dilepaskan.

Versi lainnya kata "Kerapan / kerapan" berasal dari bahasa Arab, "kirabah", yang artinya adalah persahabatan.
BAGAIMANA JALANNYA PERLOMBAAN?

Sebelum melakukan balapan, para sapi diarak masuk lapangan. Selain untuk melemaskan otot-otot sapi supaya "fit" ketika berpacu, momen ini juga merupakan dijadikan parade pamer pakaian atau aksesoris sapi-sapi yang diperlombakan.

Setelah itu, barulah aksesoris tersebut dilepas dan bersiap untuk balapan.

Jalannya pertandingan biasanya terbagi menjadi beberapa babak. Lomba pertama untuk menentukan klasemen, babak penyisihan, dan sampai akhirnya babak puncak.

Tentu, setiap peserta lomba ingin menjadi yang terbaik dan menang. Namun, setiap pertandingan pasti ada kalah dan ada menang.


RITUAL DALAM KARAPAN SAPI

Ada banyak ritual yang dilakukan para peserta yang mengikuti karapan sapi tersebut. Entah itu memberi ramuan kepada sapi-sapi, atau dengan ritual khusus.
Sebelum perlombaan biasanya sapi-sapi peserta diberi ramuan semacam obat kuat supaya dapat memenangkan pertandingan. Ramuan itu kabarnya merupakan campuran dari telur, jahe, dan bahan rahasia lain.

Selain diberi ramuan, kaki sapi-sapi tersebut juga dipijat dan diberi air spiritus supaya otot-ototnya tidak tegang sehingga dapat mengurangi resiko saat berlomba.

Ritual menarik lainnya adalah ritual khusus yang dilakukan supaya terbebas dari gangguan. Mereka percaya dengan melakukan suatu ritual, dapat menambah kekuatan pada sapi serta dapat tehindar dari serangan gaib pihak lawan.

Biasanya para peserta lomba 
karapan sapi tersebut, tidak memandang hadiah sebagai penyemangat untuk menjadi juara. Lantas, apa? Jika memenangkan lomba karapan sapi, tentu namanya akan dikenal orang-orang Madura sebagai orang yang mempunyai sapi unggulan. Sehingga harga sapi-sapinya pun bisa naik berlipat-lipat. Luar biasa, bukan?


SUASANA KARAPAN SAPI?

Sekedar informasi, dari sekian tulisan yang pernah saya baca mengenai karapan sapi, perlombaan ini jarang dinikmati oleh kaum wanita. Ya, karapan sapi didominasi oleh kaum pria, mulai dari peserta lomba hingga para penontonnya.

Suasana seru dan ramai pun mengiringi perlombaan karapan sapi. Ditambah irama alat musik seronen yang mengalun, membuat suasana menjadi riuh. Seronen pun dimainkan oleh kaum pria. Suaranya didominasi terompet dan tabuhan gong yag mengalun dengan irama khas.

Jangan kaget jika joki dalam perlombaan karapan sapi ada yang masih kecil. Di sana memang sudah menjadi hal yang biasa.

Keseruan lain yang tak kalah penting adalah adanya sapi yang 'ngelantur'. Ketika sapi-sapi sudah tidak bisa dikendalikan dan berlari keluar arena, membuat para penonton ikut lari terbirit-birit menyelamatkan diri.

"Kerapan sapi yang selama ini digelar penuh dengan penyiksaan, menggoreskan paku ke pantat sapi dengan tujuan supaya larinya kencang, disamping menyimpang dari nilai kemanusiaan, agama juga melarang adanya penyiksaan terhadap hewan"
(Ir. Eddy Santoso, MM)

2012, KARAPAN SAPI TANPA KEKERASAN!

Berita dari Bakorwil Pamekasan, bahwa 2012 ini akan mengadakan lomba karapan sapi tanpa kekerasan.

Berawal dari desakan permintaan para pemuda dan tokoh Madura serta para penyayang binatang dan bahkan para ulama, untuk menyelenggarakan karapan sapi tanpa kekerasan.

Seperti yang sudah saya tulis di atas, peserta lomba tentu ingin mejadi pemenang. Dan dalam perkembangan zaman, mereka "menyakiti" sapi-sapinya supaya dapat berlari kencang.

Karena tindakan tersebut merupakan penyiksaan terhadap binatang, maka Bakorwil Pamekasan akan menyelenggarakan Karapan Sapi tanpa kekerasan dan akan segera diusahakan supaya acara tersebut sukses. Semoga akan terus berkembang untuk kepentingan bersama.

KARAPAN SAPI DAN UANG LOGAM
Masih ingat dengan uang logam dengan nominal Rp. 100,00 bergambarkan karapan sapi? Ya, baru-baru ini beredar kabar bahwa uang tersebut telah ditarik BI dan tidak berlaku.

Kembali ke Karapan Sapi, mari kita jaga dan lestarikan, jangan sampai hilang atau dijiplak negara lain. Selain itu, tindakan Bakorwil Pamekasan yang mengadakan lomba karapan sapi tanpa kekerasan itu dapat ditiru dan semoga berkembang luas.

Karena 
karapan sapi tidak hanya sekedar hiburan, tetapi budaya yang memiliki banyak arti dan nilai. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar